Jumat, 09 Oktober 2009
MENGAPA INDONESIA SERING TERJADI GEMPA???
Jakarta (SuaraMedia) - Sepuluh hari pertama bulan April tercatat 14 gempa berkekuatan di atas 5 skala Richter melanda sejumlah tempat di Indonesia Jumlah gempa bisa lebih dari dua kali lipatnya bila gempa berkekuatan di bawahnya ikut dicatat Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.
Menurut data, dari 14 gempa itu, dua di antaranya berkekuatan di atas 6 SR, yaitu di barat daya Bintuhan, Bengkulu, sebesar 6,1 SR pada 1 April dan gempa di timur laut Melongune, Sulut, magnitudo 6,5 SR pada 4 April. Dengan pusat di laut, lebih dari 100 kilometer dari daratan pada kedalaman lebih dari 10 kilometer, gempa itu tak berbahaya.
”Banyaknya lepasan energi besar dan kecil pada beberapa hari di lautan Indonesia itu sudah biasa,” kata mantan Kepala Pusat Gempa Nasional BMKG Suhardjono di Jakarta, Jumat (10/4). Pada kawasan timur Indonesia, gempa terjadi dari Sulut, Maluku, NTT, hingga Manokwari, Papua.
Di barat, gempa terjadi di Bintuhan, Bengkulu, dan Pagai Selatan, Mentawai, Sumatera Barat. Kedua gempa tak menimbulkan tsunami atau korban. Ahli gempa dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Danny Hilman Natawidjaja, menyebutkan, gempa biasa terjadi di kawasan itu.
Kawasan timur rumit
Hal aktifnya gempa di kawasan timur, kata Danny, karena di sana memiliki struktur geologi dan tatanan tektonik aktif yang lebih rumit ketimbang bagian barat di Sumatera dan Jawa.
Wilayah Papua diimpit dua lempeng besar, yaitu Lempeng Pasifik yang bergerak ke arah barat daya berkecepatan 12 cm/tahun dan Lempeng Australia yang bergerak ke utara berkecepatan 7 cm/tahun.
Akibatnya, di Papua terbentuk tiga zona besar patahan aktif, yakni kompresi-tabrakan Lempeng Pasifik dan Pulau Papua, jalur patahan besar Sorong, serta jalur patahan besar Aiduna-Tarairua.
Kecepatan gerak relatif Lempeng Pasifik cukup tinggi sehingga di wilayah ini potensi bencana gempa dua kali lipat lebih besar daripada potensi gempa Sumatera-Jawa (kecepatan lempengnya 5-7 cm/tahun) (Kompas, 6/1).
Menurut data yang ia miliki, kawasan utara Papua merupakan kawasan dengan produktivitas gempa tinggi. Selain itu juga menyimpan energi besar yang belum dilepaskan.
Menurut Suhardjono, Kepala Balai Wilayah II BMKG, jumlah gempa saat ini masih tergolong normal, tak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
”Meskipun secara umum tidak menimbulkan bahaya destruktif, pemerintah, LSM, dan warga diharapkan terus melatih diri dengan sistem peringatan dini. Sistem itu bisa dikembangkan melalui metode baru atau kearifan lokal yang berkembang turun temurun,” ujarnya. (kmp) SuaraMedia.Com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
jangan lupa kasih komentar